Sabtu, 25 April 2015

PEMBELAJARAN BERBASIS BIMBINGAN (ANALISIS/PENGKAJIAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN YANG LEBIH BERORIENTASI PENGEMBANGAN INDIVIDU)

A.   Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Bimbingan
1.    Konsep Bimbingan
Bimbingan merupakan terjemahan dari “Guidance”. Guidance berasal dari akar kata “Guide” yang secara luas bermakna mengarahkan (to direct), memandu (to pilot), mengelola (to manage), menyampaikan (to descript), mendorong (to motivate), membantu mewujudkan (helping to create), memberi (to giving), bersunguh-sungguh (to commit). Sehingga bila dirangkai dalam sebuah kalimat konsep, Bimbingan adalah usaha sadar secara demokratis dan sungguh-sungguh untuk memberikan bantuan dengan menyampaikan arahan, panduan, dorongan, dan pertimbangan agar yang diberi bantuan mampu mengelola, mewujudkan apa yang menjadi harapannya.
2.    Konsep Pembelajaran dan Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Menurut Budiman (Najjah, 2015), pembelajaran berbasis bimbingan seharusnya berlandaskan pada prinsip-prinsip bimbingan yaitu:
a.  Didasarkan pada Needs assessment (sesuai dengan kebutuhan)
b.  Dikembangkan dalam suasana membantu (helping relationship)
c.   Bersifat memfasilitasi
d.  Berorientasi pada: (1) learning to be (belajar menjadi); (2) learning to learn (belajar untuk belajar); (3) learning to work (belajar untuk bekerja dan berkarir); (4) learning to live together (belajar untuk hidup bersama).
e.   Tujuan utama perkembangan potensi secara optimal.
Definisi tentang pembelajaran berbasis bimbingan dikemukakan oleh Mariyana (2008, hlm. 2) bahwa pembelajaran berbasis bimbingan merupakan sebuah model pembelajaran yang dirancang berdasarkan pemahaman terhadap bimbingan, dengan memperhatikan pemahaman terhadap anak dan cara belajarnya.

B.    Ciri-ciri Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Menurut Kartadinata dan Dantes (dalam Mariyana, 2008, hlm. 2) pembelajaran berbasis bimbingan memiliki ciri-ciri berikut:
a.  Diperuntukkan bagi semua siswa.
b.  Memperlakukan siswa sebagai individu yang unik dan sedang berkembang.
c.   Mengakui siswa sebagai individu yang bermartabat dan berkemampuan.
d.  Terarah ke pengembangan segenap aspek perkembangan anak secaramenyeluruh dan optimal.
e.   Disertai dengan berbagai sikap guru yang positif dan mendukung aktualisasi berbagai minat, potensi, dan kapabilitas siswa sesuai dengan norma-norma kehidupan yang dianut.
Selain itu, adapula ciri-ciri lain dari model pembelajaran berbasis bimbingan, yaitu:
a.  Diperuntukkan bagi semua peserta didik dalam arti kata merupakan suatu kinerja yang berorientasi sepenuhnya terhadap kebutuhan individual siswa.
b.  Sangat memperhatikan keamanan psikologis siswa baik dalam proses pembelajaran atau di saat prosesi istirahat.
c.   Memperlakukan siswa sebagai individu yang unik dan sedang berkembang.
d.  Mengakui siswa sebagai individu yang bermartabat dan berkemampuan.
e.   Penuh penghargaan.
f.     Pemberian reward untuk semua prestasi siswa baik itu prestasi yang besar ataupun yang kecil sekalipun.
g.  Menghindari hukuman fisik agar tidak terjadi kecacatan mental dini dalam dunia pendidikan.
h.   Demokratis bahwa di setiap pembelajaran yang berbau bimbingan guru wajib mendengarkan suara siswa terlebih dahulu agar terjadi komunikasi yang baik dan mendapat pemecahan masalah yang mendalam.
i.      Terarah ke pengembangan segenap aspek perkembangan siswa secara menyeluruh dan optimal.
j.      Disertai dengan berbagai sikap guru yang positif dan mendukung aktualisasi berbagai minat, potensi, dan kapabilitas siswa sesuai dengan norma-norma kehidupan yang dianut.
C.  Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Pembelajaran berbasis bimbingan merupakan pembelajaran yang berdasarkan pada prinsip-prinsip bimbingan sehingga prinsip-prinsip pembelajaran berbasis bimbingan pun tidak terlepas dari prinsip-prinsip bimbingan yaitu:
a.  Proses membantu individu
b.  Bertitik tolak pada individu yang dibimbing
c.   Didasarkan pada pemahaman atas keragaman individu yang dibimbing
d.  Pada batas tertentu perlu ada referal
e.   Dimulai dengan identifikasiatas kebutuhan individu
f.     Diselenggarakan secara luwes dan fleksibel
g.  Sejalan dengan visi dan misi lembaga
h.   Dikelola dengan orang yang memiliki keahlian di bidang bimbingan
i.      Ada sistem evaluasi yang digunakan
Adapun pembelajaran yang berlandaskan pada prinsip-prinsip bimbingan menurut Budiman (2008) adalah:
a.     Didasarkan pada Needs Assesment
b.     Dikembangkan dalam Suasana Membantu (Helping Relationship)
c.     Empati
d.     Keterbukaan
e.     Kehangatan psikologis
f.        Realistis
g.  Bersifat Memfasilitasi
h.   Berorientasi pada:
1)  Learning to be (belajar untuk menjadi)
2)  Learning to learn (belajar untuk belajar)
3)  Learning to work (belajar untuk bekerja dan berkarier)
4)  Learning to live together (belajar untuk hidup bersama)
i.      Tujuan utama perkembangan potensi secara optimal.
D.   Model-model Pembelajaran yang Berorientasi pada Pengembangan Individu
Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dalam hal ini, model-model pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan individu yang dapat dipilih guru antara lain:
1.    Model Pemrosesan Informasi
2.    Model Personal
3.    Model Interaksi Sosial
4.    Model Modifikasi Tingkah Laku
5.    Model Pembelajaran Terpadu Berbasis Budaya
6.    Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
7.    Model pembelajaran kontekstual
8.    Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Kesimpulan
Pembelajaran berbasis bimbingan itu sangatlah penting untuk diterapkan karena pembelajaran yang baik, tidak hanya berorientasi pada pencapaian kognitif saja, akan tetapi dapat menghasilkan sebuah output berupa lahirnya perubahan perilaku peserta didik yang positif dan normatif.
Ciri-ciri pembelajaran berbasis bimbingan adalah sebagai berikut :
a.     Diperuntukkan bagi semua siswa.
b.     Memperlakukan siswa sebagai individu yang unik dan sedang berkembang.
c.     Mengakui siswa sebagai individu yang bermartabat dan berkemampuan.
d.     Terarah ke pengembangan segenap aspek perkembangan anak secaramenyeluruh dan optimal.
e.     Disertai dengan berbagai sikap guru yang positif dan mendukung aktualisasi berbagai minat, potensi, dan kapabilitas siswa sesuai dengan norma-norma kehidupan yang dianut.
Prinsip-prinsip pembelajaran berbasis bimbingan pun tidak terlepas dari prinsip-prinsip bimbingan yaitu:
a.     Proses membantu individu
b.     Bertitik tolak pada individu yang dibimbing
c.     Didasarkan pada pemahaman atas keragaman individu yang dibimbing
d.     Pada batas tertentu perlu ada referral
e.     Dimulai dengan identifikasiatas kebutuhan individu
f.        Diselenggarakan secara luwes dan fleksibel
g.     Sejalan dengan visi dan misi lembaga
h.     Dikelola dengan orang yang memiliki keahlian di bidang bimbingan
i.         Ada sistem evaluasi yang digunakan
Model-model pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan individu
a.     Model Pemrosesan Informasi
b.     Model Personal
c.     Model Interaksi Sosial
d.     Model Modifikasi Tingkah Laku
e.     Model Pembelajaran Terpadu Berbasis Budaya
f.        Model Pembelajaran Kooperatif
g.     Model Pembelajaran Kontekstual
h.     Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Saran
Saran yang dapat diberikan dalam penulisan makalah ini berkaitan dengan materi pembelajaran berbasis bimbingan, diantaranya yaitu :
1)     Guru harus dapat memilih model pembelajaran apa yang cocok dengan karakteristik setiap siswanya
2)     Guru harus dapat menguasai model yang akan digunakan sebelum di implementasikan di dalam proses pembelajaran

















REFERENSI
Makalah BK kelompok 7. Departemen Pendidikan Matematika UPI (2015). PEMBELAJARAN BERBASIS BIMBINGAN (ANALISIS/PENGKAJIAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN YANG LEBIH BERORIENTASI PENGEMBANGAN INDIVIDU) 
Abdullah, R. (2014). Dampak Penerapan Pembelajaran Berbasis Kerja Terhadap Hasil Belajar Praktek Kerja Kayu Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7 FPTK Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Alexon dan Sukmadinata. (2010). Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu Berbasis Budaya untuk Meningkatkan Apresiasi Siswa terhadap Budaya Lokal. Cakrawala Pendidikan, XXIX (2), hlm. 201
Arif, F. (2012). Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan Konseling. [Online]. Diakses dari https://fingeridea.wordpress.com/2012/05/23/model-pembelajaran-berbasis-bimbingan-dan-konseling/
Asih dkk. (2010). Perilaku Prososial Ditinjau Dari Empati Dan Kematangan Emosi. Jurnal
Aulia, R.A. (2015). Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling. [Online]. Diakses dari kieeaulia47.blogspot.com/
Budiman, N. (2009). Strategi Pembelajaran Berbasis Bimbingan. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan UPI Bandung
Fatirul, A.N. (2008). Cooperative Learning. [Online]. Diakses dari https://trimanjuniarso.files.wordpress.com/2008/02/c00perative-learning.pdf
Kania, G. (2014). Program Bimbingan untuk meningkatkan Motivasi Belajar pada Siswa yang Berlatar Belakang Keluarga Disfungsional. (Skripsi). Bandung : UPI. Tidak diterbitkan
Mariyana, R. (2008). Kompetensi Guru dalam Pembelajran Berbasis Bimbingan di Taman Kanak-kanak (studi Deskriptif terhadap Guru TK di Kota Bandung). [Online]. Diakses dari http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/197803082001122RITA_MARIYANA/JURNAL_kompetensi_guru_dalam_PBB.pdf
Najjah, S. (2015). Pembelajaran Berbasis Bimbingan (Mengkaji Model-Model Pembelajaran yang Lebih Berorientasi Pengembangan Individu). [Online]. Diakses http://suroyyalailatunnajjah.blogspot.com/2015/04/pembelajaran-berbasis-bimbingan.html
Nurfianti. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Based Learning pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. (Skripsi). UPI. Tidak diterbitkan.
Perdana, A. (2013). Pengertian Belajar, Mengajar, Pembelajar dan Pembelajaran. [Online]. Diakses dari http://www.andreanperdana.com/2013/03/pengertian-belajar-mengajar-pembelajar.html
Riadi, M. (2012). Pengertian Pembelajaran Kooperatif. [Online]. Diakses dari http://www.kajianpustaka.com/2012/10/pembelajaran-kooperatif.html
Riadi, M. (2013). Pembelajaran Kontekstual. [Online]. Diakses dari http://www.kajianpustaka.com/2013/08/pembelajaran-kontekstual.html
Rusman. (Tanpa Tahun). Pendekatan dan Model Pembelajaran. [Online]. Diakses darihttp://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196209061986011AHMAD_MULYADIPRANA/PDF/Model_Pengembangan_Pembelajaran.pdf
Sugiyatno. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. [Online]. Diakses dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/sugiyatno-mpd/materi-kuliah-dasar-dasar-bk.pdf
Suherman, dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-UPI
Triasari, A. (2014). Pengaruh Pembelajaran dengan Pendekatan Scientific terhadap Peningkatan Kemampuan Abstraksi Siswa SMA. (Skripsi). Bandung : UPI. Tidak diterbitkan
Wardhani. N. (2007). Keterkaitan Konsep Konseling Dengan Aspek-Aspek Psikologis.
Waziroh dkk. (2012). Analisis Kebutuhan Pembelajaran  Dalam Perancangan Pembelajaran yang Mendidik Di SD/MI. [artikel]. Tidak diterbitkan.




Jumat, 03 April 2015

TEKNIK – TEKNIK DASAR PEMAHAMAN INDIVIDU


A.   Pengertian Individu
Dalam Bahasa Latin individu berasal dari kata individium yang berarti yang tidak terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Individu bukan berarti manusia sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dibagi-bagi melainkan sebagai kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia perorangan sehingga sering digunakan sebagai sebutan “orang-seorang” atau manusia “perorangan”. Individu merupakan kesatuan aspek jasmani dan rohani. Dengan kemampuan rohaninya individu dapat berhubungan dan berfikir serta dengan fikirannya itu mengendalikan dan dan memimpin kesanggupan akal dan kesanggupan budi untuk mengatasi segala masalah dan kenyataan yang dialaminya.
Setiap manusia memiliki ciri khas dan keunikan atau ciri khas sendiri, tidak ada manusia yang persis sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Sekalipun orang itu terlahir secara kembar, mereka tidak ada yang memiliki ciri fisik dan psikis yang persis sama.
Ciri seorang individu tidak hanya mudah dikenali lewat ciri fisik atau biologisnya, sifat, karakter, perangai, atau gaya dan selera orang juga berbeda-beda. Lewat ciri-ciri fisik seseorang pertama kali mudah dikenali.Ada orang yang gemuk, kurus, atau langsing, ada yang kulitnya coklat, hitam, atau putih, ada yang rambutnya lurus dan ikal. Dilihat dari sifat, perangai, atau karakternya, ada yang orang yang periang, sabar, cerewet, atau lainnya.
Karakteristik yang khas dari seseorang sering kita sebut dengan kepribadian. Setiap orang memiliki kepribadian yang membedakan dirinya dengan orang lain. Kepribadian seseorang itu dipengaruhi oleh faktor bawaan (genotip) dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus menerus.

Menurut Nursid Sumaatmadja (2000), kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fisikal (fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mental psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungan. Dia menyimpulkan bahwa faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang.
B.    Pengertian Pemahaman Individu
Pemahaman indvidu adalah merupakan awal dari kegiatan bimbingan dan konseling. Tanpa adanya pemahaman terhadap individu, sangat sulit bagi guru pembimbing untuk memberikan bantuan karena pada dasarnya bimbingan adalah bantuan dalam rangka pengembangan pribadi.
Pemahaman individu oleh Aiken (1997, hlm. 454) diartikan sebagai “Appraising the presence or magnitude of one or more personal characteristic. Assessing human behavior and mental processes includes such procedures as observations, interviews, rating, scale, check list, inventories, projective techniques, and tests”. Pengertian tersebut diartikan bahwa pemahaman individu adalah suatu cara untuk memahami, menilai atau menaksir karakteristik, potensi, dan atau masalah-masalah gangguan yang ada pada individu atau kelompok individu. Cara yang digunakan meliputi observasi, interview, teknik projektif, dan beberapa jenis tes.
C.   Pengumpulan Data
1.    Prinsip Pengumpulan Data
Prinsip-prinsip pengumpulan dan penyimpanan data, yaitu:
a.     Kelengkapan data
Data yang dikumpulan hendaknya mencakup beberapa hal, yaitu:
1)     Data potensi dan data kekuatan atau kecakapan-kecakapan yang dimiliknya,
2)     Aspek intelektual, sosial, emosional, fisik dan motorik,
3)     Kebutuhan,
4)     Tantangan ancaman dan masalah yang dihadapi,
5)     Karakteristik permanen ataupun temporer.
b.     Relevansi data
Data yang dihimpun hendaknya data yang sesuai atau relevan dengan kebutuhan layanan bimbingan dan konseling.
c.     Keakuratan data
Data yang akurat berhubungan dengan prosedur dan teknik pengumpulan data.
Empat hal yang berkenaan dengan pengumpulan data ini, yaitu:
1)     Validitas data
2)     Validitas instrumen 
3)     Proses pengumpulan data yang benar
4)     Analisis data yang tepat
d.     Efisiensi penyimpanan data
Data yang sudah diolah, selanjutnya disimpan dalam kartu atau buku catatan pribadi. Sekarang data tersebut disimpan secara elektronik dalam computer (soft file/CD) sehingga tidak memerlukan tempat yang banyak dan ruang data yang luas.
e.     Efektivitas penggunaan data
Data yang tersedia hendaknya dapat memberikan dukungan terhadap pemberian layanan bimbingan dan konseling.
2.    Macam-Macam Data
Macam-macam data:
a.     Kecakapan
1)     Kecakapan petensial (potential ability) diperoleh secara heriditer (pembawaan kelahirannya).
a)    Abilitas dasar umum (general inteligence) atau kecerdasan.
b)    Abilitas dasar khusus dalam bidang tertentu (bakat, aptitudes).
2)     Kecakapan aktual (actual ability) yang menunjukan pada aspek kecakapan yang segera dapat didemonstrasikan dan diuji sekarang juga. Misalnya: prestasi belajar, keterampilan, kreativitas dan lain sebagainya.
b.     Kepribadian 
1)     Fisik dan kebebasan
2)     Psikis
3)     Kegiatan : ekstrakurikuler
4)     Keunggulan-keunggulan dalam bidang: akademik. Keagamaan. Olahraga, kesenian, keterampilan, sosial, dll.
5)     Pengalaman istimewa dan prestasi yang telah diraih
6)     Latar belakang
7)     Agama dan moral
8)     Lingkungan masyarakat
3.    Sumber Data
Pemahaman individu siswa dapat dilakukan melalui beberapa suber, yaitu:
a.     Sumber pertama yaitu siswa itu sendiri yang dapat dilakukan melalui wawancara, observasi ataupun teknik pengukuran.
b.     Sumber kedua yaitu orang tua siswa dan keluarga terdekat siswa, guru-guru yang pernah mengajar dan bergaul lama dengan siswa, temannya, dokter pribadi dan sebagainya.
4.    Aspek-Aspek yang Dihimpun dalam Pengumpulan Data
Data yang perlu dikumpulkan, disusun dan dipelihara meliputi data pribadi dan data umum. Data pribadi siswa di sekolah, misalnya meliputi berbagai hal dalam pokok-pokok berikut:
a.       Identitas pribadi
b.      Latar belakang rumah dan keluarga
c.       Kemampuan mental, bakat, dan kondisi kepribadian
d.      Sejarah pendidikan, hasil belajar, nilai-nilai mata pelajajaran
e.       Hasil tes diagnostik
f.       Sejarah kesehatan
g.      Pengalaman ekstrakurikuler dan kegiatan di luar sekolah
h.      Minat dan cita-cita pendidikan dan pekerjaan/jabatan
i.        Prestasi khusus yang pernah diperoleh
j.        Deskripsi menyeluruh hasil belajar siswa setiapa kelas
k.      Sosiometri setiap kelas
l.        Laporan penyelenggaraan diskusi/belajar kelompok
5.    Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pengumpulan Data
Beberapa hal perlu mendapatkan perhatian dalam rangka penyelenggaraan himpunan data dan pemanfaatannya secara optimal.
a.       Materi himpunan data yang baik (akurat dan lengkap) sangat berguna untuk memberikan gambaran yang tepat tentang individu.
b.      Data tentang individu selalu bertambah, berubah, berkembang, dan dinamis.
c.       Data yang terkumpul disusun dalam format-format yang teratur rapi menurut sistem tertentu.
d.      Data dalam himpunan data itu pada dasarnya bersifat rahasia.
e.       Mengingat bahwa data yang dikumpulkan cukup banyak, harus pula ditambah dan dikurangi sesuai dengan perkembangan, lagipula pengeluaran data (untuk dipakai) dan pemasukannya kembali memakan waktu yang cukup banyak, konselor sering terjebak oleh pekerjaan rutin penyelenggaraan himpunan data itu.
6.    Manajemen dan Penggunaan Data
Dalam era teknologi informasi, manajemen data peseta didik dilakukan secara komputer. Database peserta didik perlu dibangun dan dikembangkan agar perkembangan setiap peserta didik dapat dengan mudah dimonitor.
D. Teknik Pemahaman
1.   Pemberian Instrumen
Pemahaman tentang diri klien, tentang masalah klien, dan tentang lingkungan yang “lebih luas” dapat dicapai dengan berbagai cara. Wawancara dan dialog yang mendalam biasanya merupakan cara yang efektif untuk mengembangkan pemahaman tentang diri dan masalah klien.
Berbagai instrumen dapat membantu melengkapi dan mendalami pemahaman tentang klien dan masalahnya itu.
Ada beberapa pertimbangan yang perlu mendapat perhatian para konselor dalam  penerapan instrumentasi bimbingan dan konseling. Antara lain yaitu:
a.    Instrumen yang dipakai haruslah yang sahih dan terandalkan.
b.    Pemakai instrument (dalam hal ini konselor) bertanggung jawab atas pemilihan instrument yang akan dipakai (misalnya tes), monitoring pengadministrasiannya dan skoring.
c.    Pemakaian instrumen, misalnya, harus dipersiapkan secara matang, bukan hanya persiapan instrumennya saja, tetapi persiapan klien yang akan mengambil tes itu.
d.   Perlu diingat bahwa tes atau instrument apa pun hanya merupakan salah satu sumber dalam rangka memahami individu secra lebih luas dan dalam.
e.    Ada dan dipergunakannya berbagai instriumen lainnya bukanlah syarat mutlak bagi pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling.

Instrumen bimbingan dan konseling meliputi digunakan  dan dikembangkan berbagai instrumen, baik berupa tes maupun  nontes.
a.  Instrumen Tes
Ada tiga fungsi penggunaan tes dalam konseling yaitu: 1) sebagai alat diagnostik,2) menemukan minat dan nilai , dan 3) membuat prediksi tingkah laku.
Dalam memilih tes untuk konseling, beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain:
1)  Standar tes yang digunakan
2)  Memilih waktu penggunaan tes secara teapt
3)  Memilih topic tes
4)  Partisipasi klien dalam memilih tes
5)  Prosedur pemilihan tes dengan langkah-langkah berikut:
a) Klien dan konselor menetapkan data apa yang diperlukan untuk membantu memecahkan masalah
b) Konselor menggambarkan macam-macam teori tes
c)  Konselor memberikan rekomendasi kepada tes tertentu yag dapat memberikan data yang diperlukan
d) Konselor membiarkan klien untuk memberikan reaksi terhadap pemilihan tes
e)  Mengatur pelaksanaan tes
Dalam menggunakan tes untuk proses konseling hendaknya diperhatikan prinsip-prinsip berikut:
1)  Mengetahui tes secara menyelurh
2)  Penjajagan terhadap alasan klien menginginkan dan pengalaman klien dalam tes-tes yang pernah dialaminya
3)  Perlu pengaturan pertemuan interpretasi tes agar klien siap untuk menerima informasi
4)  Arti skor tes harus dibuat secepatnya dalam diskusi
5)  Kerangka acuan hasil tes hendanya dibuat dengan jelas
6)  Hasil tes harus diberikan kepada klien (dalam bentuk buku skor)
7)  Hasil tes harus selalu terjabarkan
8)  Konselor hendaknya bersikap netral
9)  Konselor hendaknya memberikan interpretasi secara berarti dan jelas
10)        tes harus memberikan prediksi dengan tepat
11)        Dalam tahap interpretasi tasi tes, perlu adanya partisipasi dan evaluasi dari klien
12)        Interpretasi skor yang rendah kepada klien normal hendakn ya dilakukan dengan hati-hati
Secara umum kegunaan berbagai tes itu ialah membantu konselor dalam:
1)   Memperoleh dasar-dasar pertimbangan berkenaan dengan berbagai masalah pada individu yang dites, seperti masalah penyesuaian dengan ligkungan, masalah prestasi belajar atau hasil belajar, masalah penempatan dan penyaluran;
2)   Memahami sebab-sebab terjadinya masalah diri individu;
3)   Mengenali individu (misalnya siswa di sekolah) yang memiliki kemampuan yang sangat tinggi dan sangat rendah yang memerlukan bantuan khusus;
4)   Memperoleh gambaran tentang kecakapan, kemampuan, atau keterampilan seseorang individu dalam bidang tertentu.
Berbagai hal yang diperoleh konselor dari hasil tes dipergunakan konselor untuk menetapkan jenis layanan yang perlu diberikan kepada individu yang dimaksudkan.
Adapun beberapa instrument tes yaitu sebagai berikut:
1)  Tes Intelegensi (Kecerdasan)
Kecerdasan dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir yang bersifat abstrak.Dapat juga diartikan sebagai kemampuan umum individu untuk berperilaku yang jelas tujuannya, berpikir rasional, dan berhubungan dengan lingkungannya secara efektif.
Tigkat kecerdasan (IQ) dengan klasifikasinya:
a)    Superior atau genius adalah murid yang dapat bertindak jauh lebih cepat dan dengan kemudahan dibandingkan dengan murid yang lainnya.
b)    Normal adalah murid yang rata-rata atau pada umumnya.
c)    Sub-normal atau mentally deffective ataumentally retarded adalah murid yang bertindak jauh lebih lambat dari kecepatannya, dan jauh lebih banyak ketidaktepatannya dan kesulitannya, dibandingkan dengan murid lain.
Dibedakan lebih lanjut kedakam kategori murid-murid, yaitu:
a)    Debil (moron) yang masih mendekati murid normal yang berusia sekitar 9 – 19 tahun
b)    Imbecil mendekati murid normal sekitar usia 5-6 tahun.
c)    Idiot mendekati murid normal berusia dibawah 4 tahun.
2)  Tes Bakat
Tes bakat mengukur kecerdasan potensial yang bersifat khusus murid.Ada dua jenis bakat, yaitu bakat sekolah dan bakat pekerjaan-jabatan.Bakat sekolah berkenaan dengan kecakapan potensial khusus yang mendukung penguasaan bidang-bidang ilmu atau mata pelajaran.Sedangkan bakat pekerjaan-jabatan berkenaan dengan kecakapan potensial khusus yang mendukung keberhasilan dalam pekerjaan.
Untuk mengetahui bakat murid, telah dkembangkan beberapa macam tes, seperti:
a)    Rekonik (mengukur kemampuan fungsi motorik, persepsi dan berpikir mekanis)
b)    Tes bakat musik
c)    Tes bakat artistik
d)    Tes bakat klerikal (perkantoran)
e)    Tes bakat yang multifactor (mengukur berbagai kemampuan khusus)
3)  Tes prestasi belajar (Achivement Tests)
Tes prestasi belajar adalah suatu perangkat kegiatan atau alat yang dimaksudkan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor.
Penggunaan teknik tes khususnya tes prestasi belajar bagi guru MI/ SD bertujuann untuk:
a) Menilai kemampuan belajar murid
b) Memberikan bimbingan belajar kepada murid
c)  Mengecek kemajuan belajar murid
d) Memahami kesulitan-kesulitan belajar murid
e)  Memperbaiki teknik mengajar guru
f)    Menilai efektifitas (keberhasilan) mengajar guru
Tes prestasi belajar ini disusun untuk mengukur hasil pembelajaran atau kemajuan belajar murid.Tes ini meliputi:
a) Tes diagnostik, yang dirancang agar guru dapat menentukan letak kesulitan murid, dalam mata pelajaran yang diajarkan.
b) Tes prestasi belajar kelompok yang baku
c)  Tes prestasi belajar yang disusun oleh para guru, misalnya dalam bentuk ulangan sehari-hari.
b.  Instrumen Nontes
Instrumen non-tes meliputi berbagai prosedur, seperti pengamatan, wawancara, catatan anekdot, angket, sosiometri, inventori yang dibakukan.
Berikut ini beberapa bentuk instrumen nontes yaitu sebagai berikut:
1)   Catatan anekdot
Catatan anekdot, yaitu catatan otentik hasil observasi. Dengan mempergunakan catatan anekdot, guru dapat:
a) Memperoleh pemahaman yang lebih tepat tentang perkembangan murid
b) Memperoleh pemahaman tentang penyebab dari gejala tingkah laku murid
c)  Memudahkan dalam menyesuaikan diri dengan kbutuhan murid
Catatan anekdot yang baik memiliki syarat sebagai berikut:
a)    Objektif, yaitu cacatan yang dibuat secara rinci tentang perilaku murid
b)    Deskriftif, yaitu catatan yang menggambarkan diri murid secara lengkap tentang suatu peristiwa mengenai murid
c)    Selektif, yaitu dipilih suatu situasi yang dicatat
2)  Angket
Angket (kuesioner) merupakan alat pengumpul data melalui komunikasi tidak langsung, yaitu melalui tulisan.Beberapa petunjuk untuk menyusun angket:
a) Gunakan kata-kata yang tidak mempunyai arti rangkap
b) Sususnan kalimat sederhana tapi jelas
c)  Hindarkan kata-kata yang bersifat negative dan menyinggung perasaan responder
3)  Daftar cek
4)  Autobiografi (riwayat atau karangan) dan catatan harian
Karangan pribadi ini merupakan ungkapan pribadi murid tentang pengalaman hidupnya, cita-citanya, keadaan keluarga, dan lain-lain.
Karangan pribadi ini dalam pembuatannya dibagi ke dalam dua jenis, yaitu terstruktur dan tidak terstruktur.
a) Terstruktur yaitu karangan pribadi  disusun berdasarkan tema (judul) yang telah ditentukan sebelumnya
b) Tidak tersruktur yaitu murid diminta untuk membuat karangan pribadi secara bebas
5)  Sosiometri
Sosiometri bertujuan untuk memperoleh informasi tentang hubungan atau interaksi sosial (saling penerimaan atau penolakan) diantara murid dalam suatu kelas, kelompok, kegiatan ekstrakurikuler, organisasi kesiswaan, dll. Dengan sosiometri guru dapat mengetahui tentang:
a) Murid yang popular
b) Yang terisolir
c)  kelompok kecil dengan anggota 2-3 orang murid
Sosiometri dapat digunakan untuk:
a) Memperbaiki hubungan insani
b) Menentukan kelomppok belajar/kerja
c)  Meneliti kemampuan memimpin seorang individu (murid) dala kelompok
6)  Inventori
2.   Teknik Wawancara
Wawancara merupakan teknik untuk mengumpukan informasi melalui komunikasi langsung dengan responden (orang yang minta informasi). Kelebihan dan kekurangan teknik wawancara adalah sebagai berikut.
a.     Kelebihan wawancara:
1)     Merupakan teknik yang paling tepat untuk mengungkapkan keadaan pribadi murid secara mendalam
2)     Dapat dilakukan terhadap setiap tingkatan umur
3)     Dapat diselenggarakan serempak dengan observasi
4)     Digunakan untuk pelengkap data yang dikumpulkan dengan teknik lain.
b.      Kelemahan wawancara:
1)     Tidak efisien, yaitu tidak bisa menghemat waktusacara singkat
2)     Sangat tergantung pada kesediaan kedua belah pihak
3)     Menuntut penguasaan bahasa dari pihak pewawancara
Dalam bimbingan dan konseling dikenal beberapa macam wawancara, yaitu:
a.  Wawancara pengumpulan data (informational interview)
b.  Wawancara konseling (counseling interview)
c.   Wawancara disiplin (diciplinary interview)
d.  Wawancara penempatan (placement interview)
3.   Observasi(pengamatan)
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.  Dilakukan sesuai dengan tujuan yang dirumuskan terlebih dahulu.
b.  Direncanakan secara sistematis.
c.   Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan.
d.  Perlu diperiksa ketelitiannya.
Teknik observasi dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis:
a.  Observasi sehari-hari (daiily observation)
b.  Observasi sistematis (systematic observation)
c.   Observasi partisipatif (participative observation)
d.  Observasi non-partisipasif (non participative observation)
4.   Studi Kasus
Studi kasus merupakan teknik mempelajari perkembangan seorang murid secara menyeluruh dan mendalam serat mengungkap seluruh aspek pribadi murid yang datanya diperoleh dari bebagai pihak
Dalam melaksanakan studi kasus ini dapat ditempuh langkah-langkah:
a.  Menentukan murid yang bermasalah
b.  Memperoleh data
c.   Menganalisis data
d.  Memberikan layanan bantuan
5.   Konferensi kasus
Konferensi kasus merupakan suatu pertemuan diantara beberapa unsur di sekolah untuk membicarakan seorang atau beberapa murid yang mempunyai masalah. Unsur-unsur yang dapat turut berpartisipasi dalam konferensi kasus dapat terdiri atas, konselor, guru-guru yang mengenal benar murid yang menjadi kasus, kepala sekolah, psikolog, dokter, petugas perpustakan, orang tua siswa atau personel lain yang mengenal dekat dengan murid.

Kesimpulan
Didalam bimbingan dan konseling, kita tidak mungkin dapat memberikan pertolongan kepada seseorang sebelum kita kenal atau paham dengan orang tersebut. Salah satu hal yang penting dalam bimbingan dan konseling ialah memahami individu secara keseluruhan baik masalah yang dihadapi maupun latar belakangnya. Dengan kata lain perlunya pemahaman individual dalam layanan bimbingan dan konseling adalah agar individu memperoleh bantuan yang sesuai dengan kemampuan dan potensinta adar apa yang diharapkannya dapat tercapai (artinya individu dapat mencapai penyesuaian diri dengan dirinya sendiri, lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat).
Pemahaman individu dalam layanan bimbingan dan konseling bertujuan agar:
1.      Kita semakin mampu menerima keadaan individu (siswa) seperti apa adanya dan sekaligus keberadaan siswa baik dari segi kelebihan maupun kekurangannya.
2.      Kita semakin mampu memperlakukan siswa sebagaimana mestinya dalam arti lain mampu memberikan bantuan seperti yang dikehendaki oleh siswa.
3.      Kita terhindar dari gangguan komunikasi, sehingga mampu menciptakan relasi yang semakin baik.
Saran
1.      Guru bimbingan dan konseling haruslah memahami siswa secara utuh agar kebutuhan minat peserta didik dapat terpenuhi dan tepat berdasarkan perkembangan peserta didik.
2.      Guru harus menerapkan teknik-teknik pemahaman individu yang sudah dijelaskan sebelumnya.




REFERENSI
Makalah BK kelompok 5. Departemen Pendidikan Matematika UPI (2015) TEKNIK – TEKNIK DASAR PEMAHAMAN INDIVIDU.
Effendi, R. & Malihah, E. (2011).  Panduan kuliah pendidikan lingkungan sosial, budaya dan teknologi. Bandung:CV. Maulana Media Grafika.
Nurihsan, A. J. (2006). Bimbingan & konseling. Bandung: PT. Refika Aditama.
Sukardi, D. K.. & Kusmawati, N. (2008).  Proses bimbingan dan konseling di sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Supriatna, M. (2013).  Bimbingan dan konseling berbasis kompetensi. Jakarta: Rajawali Pers.
Surya, M. (2009). Psikologi konseling. Bandung: Maestro.

Wahidah, N. DKK. (2014). Makalah teknik-teknik dasar pemahaman individu. Diakses dari: http://nurrulwahiddahh.blogspot.com/2014/06/makalah-teknik-teknik-dasar-pemahaman.html